Sebagai makhluk sosial, manusia tidak
mungkin hidup sendiri. Ada sebuah keterkaitan dan ketergantungan dalam rangka
memenuhi kebutuhan mereka. Dalam persepsi islam, interaksi dalam pemenuhan
kebutuhan tersebut diakomodasi dalam bentuk sebuah ikatan bernama silaturahmi.
Dalam islam, silaturahmi atau tali
persaudaraan menjadi elemen penting dalam kerangka hidup bermasyarakat.
Karenanya, penjelasan tentang keutamaan silaturahmi sangat jelas terangkum dan
menjadi peringatan penting untuk dijalankan.
Bro and Sis, berikut tinjauan hadis yang
berkenaan dengan begitu pentingnya menjaga silaturahmi:
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Dari hadis pertama ini, jelas tersurat betapa
pentingnya posisi silaturahmi sampai Allah SWT menegaskan akan menyambung
hubungannya terhadap hamba yang menyambung silaturahmi. Pun sebaliknya, Dia
akan memutus hubungan dengan hamba yang memutus silaturahmi.
Bro and Sis, dalam kerangka kita menjalani
keseharian saja, kandungan hadis ini tidaklah sulit untuk dipahami. Secara
umum, setiap orang yang menyambung dan berbuat baik terhadap kerabat dan sesama
berarti dia telah membuka ruang kemudahan dalam menjalankan segala urusannya. Manusia
adalah makhluk yang sangat sensitif terhadap balas budi. Dengan berbuat baik,
kita akan mengundang orang lain untuk juga berbuat baik terhadap kita. Membantu
saat kita perlu bantuan dan memberi saat kita ada kebutuhan.
Begitu pun sebaliknya, jangankan Allah SWT
Sang Maha Kaya dan Perkasa, sesama manusia pun tak akan peduli akan kebutuhan
kita jika kita sendiri memutus hubungan dengan mereka. Sebagai bentuk
keuntungan dalam menyambung silaturahmi, lebih lanjut Nabiullah Muhammad SAW
menjelaskan dalam sebuah hadis lainnya.
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia
berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang
bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia
menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)
Dalam hadis di atas penjelasan tentang
keuntungan bersilaturahmi lebih diperjelas lagi. Dua hal yang akan didapat oleh
seseorang yang gemar menyambung silaturahmi adalah dimudahkannya rizki dan
dipanjangkannya usia. Allah SWT memang sudah mematok soal besaran rezeki yang
akan didapat oleh hambanya. Masalahnya, terkait kehidupan kita yang mebutuhkan
rasionalisasi, perkara datangnya rizki akan lebih banyak melalui perantara
manusia lainnya. Oleh karena itu, sangat masuk akal dengan menyambung
silaturahmi rezeki akan mendapatkan lebih banyak jalan untuk sampai ke tangan
kita.
Adapun terkait dipanjangkan usia, Bro and
Sis pernah merasa kesepian? Begitulah hidup tanpa silaturahim. Bukan hanya soal
jauhnya rezeki, hidup menyendiri dan terasing, normalnya hanya mendekatkan kita
kepada penyakit. Dan jangan lupa mencurahkan apa yang kita rasakan,
mengekspresikan apa yang kita inginkan, pun saling mengisi satu sama lain,
adalah terapi efektif dalam meningkatkan semangat hidup dan berefek luar biasa
terhadap kondisi kesehatan kita. Jangan salah, loh! Maksudnya bukan hanya
kesehatan jiwa tapi juga raga. Tak ada satu pun dokter yang tak menyangkal
bahwa kondisi psikis sangat berhubungan dengan kesehatan fisik.
Untuk melengkapi keterangan soal betapa
pentingnya silaturahmi, berikut saya kutip satu hadis lagi tentang urgensi
menjaga hubungan antar manusia ini.
Hadis riwayat Jubair bin Muth`im ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang
memutuskan hubungan kekeluargaan. (Shahih Muslim No.4636)
Hadis di atas memang terdengar gahar
kalaupun, karena posisinya sebagai hadis yang merupakan landasan hukum, poin
pertama untuk umat islam tentu saja harus meyakininya. Dan apa sulitnya, saya
pikir.
Namun, jika pun perlu diberi alasan, tak
salah untuk kita coba merenungkan maknanya. Toh, islam bukan agama dokrin. Apa
ada stigma negatif dengan menyambung hubungan baik? Tidak, kan? Tentu saja,
malah berbagai kebaikanlah yang akan mencul menyertainya. Bukankah kebaikan
pula yang akan menghantarkan kita mendapatkan Cinta-Nya?
Bagaimana dengan memutus hubungan?
Jangankan eksesnya. Awalnya saja, pemutusan hubungan pasti dilatarbelakangi
oleh hal yang tidak baik. Selanjutnya, dimulai dari menghindar yang sudah
sangat untung jika tidak dilanjutkan dengan rasa benci, yang kita dapatkan
hanya menjauhnya kebaikan dan bertaburnya benih-benih kebaikan. Hasilnya,
hal-hal tersebut semakin menjauhkan kita menggapai Cinta Nya dan syukur-syukur
tak langsung mendapat Azab Nya.
Komentar
Posting Komentar