Langsung ke konten utama

Hadis Tentang Keutamaan Silaturahmi

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin hidup sendiri. Ada sebuah keterkaitan dan ketergantungan dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Dalam persepsi islam, interaksi dalam pemenuhan kebutuhan tersebut diakomodasi dalam bentuk sebuah ikatan bernama silaturahmi.

Dalam islam, silaturahmi atau tali persaudaraan menjadi elemen penting dalam kerangka hidup bermasyarakat. Karenanya, penjelasan tentang keutamaan silaturahmi sangat jelas terangkum dan menjadi peringatan penting untuk dijalankan.

Bro and Sis, berikut tinjauan hadis yang berkenaan dengan begitu pentingnya menjaga silaturahmi:
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Rahim (tali persaudaraan) itu digantungkan pada arsy, ia berkata: Barang siapa yang menyambungku (berbuat baik kepada kerabat), maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang memutuskan aku, maka Allah pun akan memutuskannya. (Shahih Muslim No.4635)



Dari hadis pertama ini, jelas tersurat betapa pentingnya posisi silaturahmi sampai Allah SWT menegaskan akan menyambung hubungannya terhadap hamba yang menyambung silaturahmi. Pun sebaliknya, Dia akan memutus hubungan dengan hamba yang memutus silaturahmi.

Bro and Sis, dalam kerangka kita menjalani keseharian saja, kandungan hadis ini tidaklah sulit untuk dipahami. Secara umum, setiap orang yang menyambung dan berbuat baik terhadap kerabat dan sesama berarti dia telah membuka ruang kemudahan dalam menjalankan segala urusannya. Manusia adalah makhluk yang sangat sensitif terhadap balas budi. Dengan berbuat baik, kita akan mengundang orang lain untuk juga berbuat baik terhadap kita. Membantu saat kita perlu bantuan dan memberi saat kita ada kebutuhan.

Begitu pun sebaliknya, jangankan Allah SWT Sang Maha Kaya dan Perkasa, sesama manusia pun tak akan peduli akan kebutuhan kita jika kita sendiri memutus hubungan dengan mereka. Sebagai bentuk keuntungan dalam menyambung silaturahmi, lebih lanjut Nabiullah Muhammad SAW menjelaskan dalam sebuah hadis lainnya.

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:

Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)



Dalam hadis di atas penjelasan tentang keuntungan bersilaturahmi lebih diperjelas lagi. Dua hal yang akan didapat oleh seseorang yang gemar menyambung silaturahmi adalah dimudahkannya rizki dan dipanjangkannya usia. Allah SWT memang sudah mematok soal besaran rezeki yang akan didapat oleh hambanya. Masalahnya, terkait kehidupan kita yang mebutuhkan rasionalisasi, perkara datangnya rizki akan lebih banyak melalui perantara manusia lainnya. Oleh karena itu, sangat masuk akal dengan menyambung silaturahmi rezeki akan mendapatkan lebih banyak jalan untuk sampai ke tangan kita.

Adapun terkait dipanjangkan usia, Bro and Sis pernah merasa kesepian? Begitulah hidup tanpa silaturahim. Bukan hanya soal jauhnya rezeki, hidup menyendiri dan terasing, normalnya hanya mendekatkan kita kepada penyakit. Dan jangan lupa mencurahkan apa yang kita rasakan, mengekspresikan apa yang kita inginkan, pun saling mengisi satu sama lain, adalah terapi efektif dalam meningkatkan semangat hidup dan berefek luar biasa terhadap kondisi kesehatan kita. Jangan salah, loh! Maksudnya bukan hanya kesehatan jiwa tapi juga raga. Tak ada satu pun dokter yang tak menyangkal bahwa kondisi psikis sangat berhubungan dengan kesehatan fisik.

Untuk melengkapi keterangan soal betapa pentingnya silaturahmi, berikut saya kutip satu hadis lagi tentang urgensi menjaga hubungan antar manusia ini.

Hadis riwayat Jubair bin Muth`im ra.:

Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan. (Shahih Muslim No.4636)



Hadis di atas memang terdengar gahar kalaupun, karena posisinya sebagai hadis yang merupakan landasan hukum, poin pertama untuk umat islam tentu saja harus meyakininya. Dan apa sulitnya, saya pikir.

Namun, jika pun perlu diberi alasan, tak salah untuk kita coba merenungkan maknanya. Toh, islam bukan agama dokrin. Apa ada stigma negatif dengan menyambung hubungan baik? Tidak, kan? Tentu saja, malah berbagai kebaikanlah yang akan mencul menyertainya. Bukankah kebaikan pula yang akan menghantarkan kita mendapatkan Cinta-Nya?

Bagaimana dengan memutus hubungan? Jangankan eksesnya. Awalnya saja, pemutusan hubungan pasti dilatarbelakangi oleh hal yang tidak baik. Selanjutnya, dimulai dari menghindar yang sudah sangat untung jika tidak dilanjutkan dengan rasa benci, yang kita dapatkan hanya menjauhnya kebaikan dan bertaburnya benih-benih kebaikan. Hasilnya, hal-hal tersebut semakin menjauhkan kita menggapai Cinta Nya dan syukur-syukur tak langsung mendapat Azab Nya.

Wallahualam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ternyata, Inilah Sifat yang Bisa Memuliakan dan Menghinakan Manusia

Manusia, Mahluk Berakal yang Harus Mencari Posisinya dalam Tatanan Sosial Diakui atau tidak, sebagai makhluk yang hidup dalam tatanan kehidupan yang teratur, manusia memiliki batasan-batasan dalam segala tindak tanduknya. Karenanya, pengendalian diri dari perilaku yang bisa merusak tatanan sosial di lingkungan sekitar mutlak diperlukan guna menghindari konsekuensi negatif bagi diri maupun lingkungan akibat perilaku merusak tersebut. Sejatinya, seorang manusia memang sudah memiliki filter untuk memilah mana yang baik dan buruk untuk dilakukan sebagaimana Freud yang berteori bahwa Ego yang melakukan tindakan dari dorongan dasar Id bisa dikendalikan oleh superego yang bertugas menentukan tindakan ego tadi dengan pertimbangan baik dan buruknya. Dilansir dari belajarpsikologi.com (07/09/17) Namun demikian, kadang manusia tetaplah kalah dan berbuat di luar ketentuan dikarenakan adanya tuntutan kebutuhan maupun syahwat yang terus mendesak. Contoh sederhananya, hukum positif mau

Kaji Ulang Kartika Putri Berhijab dan Rina Nose Lepas Hijab

tribunnews.com Bukan hal yang aneh ketika seorang manusia berganti pilihan sikap. Sikap yang didasari kecenderungan hati memang sangat mungkin berubah sesuai penguatan diri kita sendiri terhadap nilai-nilai yang kita pegang. Karenanya, sungguh tepat jika kita senantiasa memohon kepada Yang Maha Membolak-balikan Hati untuk diberikan karunia berupa keteguhan hati terhadap petunjuk dan ketaatan. Ya muqallibal khulub tsabit khalbi ala dinika watho'atik. Dua dari sekian contoh mudahnya hati manusia berbolak-balik tergambar dari keputusan Rina Nose dan Kartika Putri. Serupa tapi bertolak belakang dua perempuan yang berprofesi sebagai artis ini mantap mengambil keputusan besar dalam hidupnya masing-masing. Yang satu memutuskan membuka hijab yang sempat beberapa bulan menutup kepalanya, yang lainnya malah berazam untuk mulai berhijab. Terlepas niat yang hanya mereka berdua yang tahu pasti, tugas kita tak sisa selain mendo'akan kebaikan atas setiap keputusan yang mereka am

Hukum dan Ketentuan Qurban

Assalamu’alaikum Bro and Sis.. Kurang dari seminggu lagi kita akan bertemu dengan Hari Raya Idul Adha yang juga dikenal dengan Hari Raya Qurban. Sudah siap dengan hewan qurbannya masing-masing? Biar ibadah qurbannya lebih mantap, yuk kita baca lagi beberapa dall menyangkut ketentuan qurban yang tercantum dalam hadist Nabiullah Muhammad Saw. Perintah Qurban “Sesungguhnya Kami telah memberikan karunia sangat banyak kepadamu, maka sholatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah qurban.” QS. Al Kautsar 1-2 Dalam ayat tersebut jelaslah Allah SWT memerintahkan kita untuk berkurban. Namun, sebagaimana perintah sholat dalam ayat tersebut, sifat perintah berkurban bersifat umum / tidak spesifik. Adapun penguatan bahwa hukum berqurban adalah sunah, dapat dilihat dalam hadis, Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: “ Saya menyaksikan bersama Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Shalat Idul Adha di lapangan, kemudian tatkala menyelesaikan khutbahnya beliau turun dari mimbarnya, dan beliau diber